pratiwi tiwul

..CintA..

Untuk Bidadari Surgaku

apa yang kau damba dari seorang wanita..
bisiknya mengendap‐endap di pinggir telinga..
terkadang aku ingin sekali mendengarmu..
aku ingin sekali membuatmu bicara semaumu..
melihat bibir mungilmu terus mengeluarkan separtah kata..

Engkau Keindahan..
karena engkau membuatku lebih berharga..
engkau memberi ribuan warna pada dinding hatiku yang kosong..
engkau laksana seribu pelukis yang meorehkan kanfasmu di ragaku..


Engkau adalah keceriaan,..
sepiku terobati..
gundahku tersirami..
resahkupun kembali nyaman..

Engkau begitu manis..
setiap memejamkan mata engkau melintas..
keanggunanmu tanpa batas..
ku raih tanganmu, engkau genggam balas..
aku bahkan merasakan cinta yang tak pernah dapat ditulis diatas kertas..

engkau adalah bentuk kelembutan..
kau rawat putra/putri kita dengan kasih..
sayangmu merasuk hingga melucuti segala risih..
prasangkamu halus melebihi sutra..
tatapan matamu membuatku selalu ingin berlama‐lama..
berada di pangkuanmu, memandang wajahmu, menimati senyummu..
dan kau rengkuh aku dalam kehangatan cintamu..

karena pesonamu, keceriaanmu, kelembutanmu..
aku bagai lelaki buta, dan engkau penuntunya..
aku bagai lelaki lemah, dan engkau penguatnya..
Engkau berharga Istriku, melebihi semua yang kau miliki..
selebihnya…
Engkau adalah bidadari..
Trimakasih Sayang, getaran cinta ini selalu terjaga dalam hati

Aku Ingin Mencintainya Karena‐MU

Ya Allah…
jika aku mulai mencintainya, ijinkan aku hanya diam..
Jika aku mulai berangan tentangnya, ijinkan aku memendam..
jika aku mulai berharap banyak akan hidupnya, ijinkan aku untuk memadamkan..
rasa ini sungguh bagiku memalukan..

Aku punya apa yang tak ia punya..
aku rasa apa yang tak ia rasa..
aku bilang pembodohan dalam cinta..
dia bilang ini anugerah darimu wahai sang penguasa rasa..
aku ingin memendamnya dalam jiwa..
dia ingin mengungkapkan yang tak kuharap ada..


Ya Allah..
perbaikilah semuanya..
dekatkan aku, jika dia bertaqwa..
dekatkan aku, jika dia mampu membawaku dalam singgasananya..
Singgasananya para mailakat yang Kau cinta..

Ya Allah..
Aku ingin mencintainya karenaMu..
aku hanya ingin memilikinya atas izinmu..
jauhkan dia dariku kalau memang tak pantas untukku..
tapi ijinkan aku menikmati sendiri ini dalam bisu..
tanpa ada yang tau, Kecuali Engkau sang maha mengetahui..
Karena Cintaku hanya ingin mengharap Ridhomu..

Picture
semua yang ku lakukan..
semata‐mata hanya untuk Mu
mengharapkan kasih sayang MU
di dunia
dan di Akhirat kelak..............

Apa Kabar Cinta.???

    Mencintai dan dicintai adalah hal yang diinginkan oleh setiap orang. Cinta antara orang tua dan anaknya, suami dengan istri, kakak dengan adik atau antara sesama manusia. Tak jarang beberapa benda‐benda kesayang pun tak luput dari cinta kita, seperti mobil, baju, hp, komputer,dll. Semuanya manusiawi.
Namun kita perlu waspada ketika cinta kita kepada anak, istri, suami, kakak, adik dan orang tua bahkan harta benda telah membuat kita jauh atau bahkan lupa kepada Sang pemilik Cinta yang hakiki.
    Saat kita menikah, kita telah dianggap telah melaksanakan 1/2 dari agama. Artinya yang setengahnya lagi harus kita gapai bersama pasangan didalam mahligai rumah tangga. Idealnya, setelah menikah harusnya kualitas keimanan dan ibadah suami istri semakin meningkat dibandingkan saat sebelum menikah. Kalau dulu waktu masih singgle sholat fardhu sendiri, setelah menikah bisa berjama’ah bersama istri atau suami. Waktu masih sendiri susah sekali bangun malam untuk menjalankan sholat tahajud, setelah menikah ada suami atau istri yang akan membangunkan kita untuk mengajak tahajud bersama. Intinya yang dulu biasa dilakukan sendiri kini bisa dilakukan bersama dan tentunya ada yang berperan sebagai pengontrol atau pembimbing mungkin suami sebagai qowwam akan lebih berperan dalam membimbing istrinya dalam hal peningkatan kualitas ibadahnya. Mulai dari sholat bareng, tilawah bareng atau mengkaji al qur’an dan hadist bareng. Harapannya dengan menikah maka makin terbentang luas ladang amal bagi kita, sehingga istilah menggenapkan dien untuk pernikahan itu benar adanya.
    Namun tak jarang pula, saat kita mencitai makhluk atau benda membuat kita jauh atau bahkan melupakan Dia sang pemilik cinta. Misalnya, saat sebelum menikah sangat aktif dalam majelis dakwah, sholat selalu tepat waktu, tilawah setiap abis sholat magrib, tahajud pun tidak ketinggalan dan bahkan puasa sunnah senin kamis pun masih rajin dilakukan. Namun keadaan menjadi terbalik setelah menikah, sholat jadi sering telat, puasa sunah sudah jarang dilakukan, tilawah hampir tidak pernah lagi apalagi bangun tengan malam untuk tahajud.